Sukses Gelorakan KB, Karanganyar Jadi Tujuan Studi Banding

Karanganyar, Indonesia memang sempat merasakan manisnya keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di era Orde Baru. Namun dalam dua dekade terakhir, gaungnya tidak lagi begitu terasa meskipun sosialisasi selalu berjalan.

Rupanya, masalah bermula pada desentralisasi kepemimpinan sehingga maju tidaknya program KB sangat ditentukan oleh kebijakan masing-masing kepala daerah. Oleh karena itu pendekatan khusus terhadap pemerintah setempat dirasa krusial.

Sebuah program bertajuk Advance Family Rencana (AFP) pun diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2011. Program ini berbentuk advokasi kepada pemerintah di kabupaten/kota di Indonesia agar mampu memberikan dukungan lebih buat merevitalisasi KB.

“Secara statistik stagnan kan karena desentralisasi. Oleh karena itu kami menolong pemerintah bagi revitalisasi program KB, namanya AFP Approach,” jelas Inne Silviane selaku Direktur Eksekutif Yayasan Cipta Cara Padu (YCCP), pengelola AFP di Indonesia kepada wartawan di Puskesmas Tasikmadu,`Karanganyar, Jumat (22/1/2016).

Kepala Puskesmas Tasikmadu, dr Kristanto Setyawan, dalam sesi tanya jawab dengan delegasi dari 14 negara. (Foto: Rahma LS)

Namun dari lima kabupaten/kota pertama yg merasakan program ini, advokasi yg dikerjakan terhadap Karanganyar dapat dikatakan yg paling sukses dengan adanya prestasi seperti kenaikan anggaran bagi program KB dan peningkatan jumlah akseptor KB.

Baca juga: Perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2015, Momentum buat Gaungkan KB Kembali

Untuk itu Karanganyar kemudian ditunjuk menerima kunjungan lapangan dari sejumlah negara. Kunjungan diikuti oleh 23 orang dari 14 negara, yakni Burkina Faso, Kamerun, Kongo, Ghana, India, Madagaskar, Mali, Nigeria, Pakistan, Filipina, Senegal, Uganda, Zambia, dan Kenya.

Kunjungan ini juga yaitu bagian dari kegiatan International Conference on Family Rencana ke-4 yg sedianya dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 25-28 Januari 2016.

Menurut Direktur AFP, Duff Gillespie, PhD, kedatangan 23 orang delegasi tersebut adalah buat belajar dari pengalaman Indonesia dalam mengelola program KB, dan melihat bagaimana Indonesia membuat program ini menjadi sukses. Apalagi persoalan yg dihadapi sebagian besar negara peserta dan Indonesia dalam hal KB juga tak jauh berbeda, seperti kurangnya jumlah personel yg terlatih serta kurang sinkronnya komunikasi antara penyedia dan pengguna layanan kontrasepsi.

“Kami milik tim yg melakukan hal yg sama di dua negara lain. Tetapi ternyata yg paling berhasil adalah Indonesia,” kata Duff Gillespie dalam kesempatan yg sama.

Suasana diskusi di Puskesmas Tasikmadu, Karanganyar (Foto: Rahma LS)

Duff juga mengakui bila Indonesia memiliki nilai plus karena tantangan geografis yg dihadapinya. “Sedikit sekali negara yg memiliki tantangan seperti Indonesia sebagai negara kepulauan yg sangat luas dengan ribuan pulau. Itu membuat persoalan semakin sulit tapi Indonesia cukup berhasil dalam penanganannya,” tegasnya.

Selain itu, besarnya dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah terhadap keberlangsungan program KB juga dianggap Duff sebagai sisi positif dari Indonesia yg mampu dicontoh.

Untuk itu Duff berharap apa yg diperoleh dari Indonesia mampu diimplementasikan oleh peserta kunjungan di negaranya masing-masing. “Selepas konferensi, semua peserta mulai membuat aksi bersama dan kita mulai menolong mengimplementasikannya,” tutupnya.

Baca juga: BKKBN Jateng: Performa Sragen Sudah Bagus Tapi Bukan Berarti Tak Dijaga

AFP didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation serta mendapat dukungan penuh dari David and Lucile Packard Foundation dan Hewlett Foundation. Untuk programnya sendiri, AFP diimplementasikan oleh Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Center for Communication Programs dan YCCP di Indonesia.(lll/vit)
Sumber: http://health.detik.com



Sumber Artikel Sukses Gelorakan KB, Karanganyar Jadi Tujuan Studi Banding

0 Response to "Sukses Gelorakan KB, Karanganyar Jadi Tujuan Studi Banding"

Posting Komentar