RS Sardjito Sudah Punya Alat Pendeteksi Kanker Yang Belum Teraba

Yogyakarta, Menjadi rumah sakit rujukan, RSUP Dr Sardjito didorong bagi meningkatkan pelayanan. Salah satunya diwujudkan dengan membeli alat canggih buat deteksi kanker payudara atau mamografi.

Ini sebenarnya bukan kali pertama rumah sakit yg bersebelahan dengan kampus Universitas Gadjah Mada itu memiliki alat mamografi. Namui diakui bahwa alat mamografi terbarunya ini lebih canggih.

“Sebelumnya kita milik mamografi analog, tetapi yg terbaru ini berbentuk digital dan istimewanya, dilengkapi suatu sistem computer-aided detection,” ungkap dr Lina Choridah, SpRad(K) kepada wartawan di International Cancer Center ‘Tulip’, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat (19/2/2016).

Keberadaan mamografi ini dirasa utama mengingat RSUP Dr Sardjito yaitu rujukan dari pasien kanker payudara yg ada di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Apalagi setelah dilihat, prevalensi kanker payudara di DI Yogyakarta adalah yg tertinggi di Indonesia, merupakan mencapai 2,4 persen. “Tetapi kalau kami lihat dari persebarannya, penderita dari semua pulau di Indonesia datangnya ke sini,” lanjut dr Lina.

dr Lina mengungkapkan kelebihan yang lain yg dimiliki alat mamografi terbaru dari RSUP Dr Sardjito itu di antaranya bagian dari alat yg berfungsi sebagai penopang payudara (paddle kompresi) berbentuk lengkung sesuai kontur payudara dan dilengkapi penghangat sehingga pasien merasa nyaman. Begitu juga dengan dosis sinar X yg digunakan, tergolong rendah dibandingkan dengan alat mamografi pada umumnya, merupakan cuma 0,6-0,9 mSv.

Baca juga: Takut Hingga Masalah Biaya Ditengarai Bikin Orang Enggan Skrining Kanker

Ditemui di ruang pelaksanaan mamografi, salah sesuatu staf dari instalasi radiologi RSUP Dr Sardjito menjelaskan, pasien mulai diberi baju khusus sebelum mamografi dimulai. Barulah kemudian, payudara pasien diletakkan di atas paddle kompresi dan secara otomatis, alat mulai menekan payudara sampai didapatkan gambaran jaringan payudara yg diinginkan.

“Tingkat sensitivitas pasien berbeda-beda. Kalau menangis itu biasanya karena ketakutan aja,” katanya

Untuk sesuatu kali skrining, waktu yg dihabiskan tidak kurang dari lima menit. Alat mamografi itu mulai memotret jaringan payudara pasien dari empat sisi, merupakan atas, bawah dan sisi kanan-kiri bagi mengantisipasi persebaran tumor atau kanker hingga ketiak.

Akan tapi mamografi bukanlah prosedur yg dapat dikerjakan tanpa rekomendasi dokter. dr Lina mengingatkan, buat skrining rutin, mamografi cuma boleh diberikan kepada wanita berusia lebih dari 40 tahun.

Untuk diagnosis pada perempuan muda pun, si calon pasien harus menjalani pemeriksaan fisik seperti lewat ultrasonografi dan biopsi terlebih dahulu, baru diperbolehkan bagi mamografi sebagai cara melihat sejauh mana perluasannya. Inspeksi diperlukan utnuk memastikan ada tidaknya indikasi malignancy atau keganasan maupun tidak.

“Pasien tak dapat tiba segera minta mamografi. Harus melewati tahapan screening lalu dari dokter onkologinya. Kalau memang butuh mamografi baru dibawa kesini,” tegasnya.

Baca juga: Faktor-faktor Ini Sering Bikin Kanker Payudara Terlambat Ditangani

Direktur Medik dan Keperawatan, dr Rukmono Siswishanto, MKes, SpOG, menambahkan, bagi sesuatu kali prosedur skrining dengan alat mamografi ini, biaya yg dikenakan sebesar Rp 600.000, dan bisa ditanggung oleh BPJS, asalkan pasien tiba dengan membawa surat rujukan dari dokter di puskesmas atau layanan kesehatan yang lain yg mengindikasikan adanya benjolan atau kanker.

“Tetapi bagi pasien yg meminta general check-up dan mamografi, biaya ditanggung sendiri oleh yg bersangkutan,” jelasnya.

(lll/vit)
Sumber: http://health.detik.com



Sumber Artikel RS Sardjito Sudah Punya Alat Pendeteksi Kanker Yang Belum Teraba

0 Response to "RS Sardjito Sudah Punya Alat Pendeteksi Kanker Yang Belum Teraba"

Posting Komentar